Senin, 12 Maret 2012

0 cerita cinta di pohon sawo

p.nanda wisesa/xi/is4/26
Sayang.., ingatkah kamu, tentang cerita cinta kita di bawah pohon sawo? Kita duduk mesra berdua bagaikan sepasang kekasih yang menghuni luasnya bumi ini. Tatapan matamu bagaikan intan tersorot cahaya bulan purnama. Ku lihat pancaran tulusnya cinta dari wajahmu, dan engkau katakan “Sayang.., akankah kita kan seperti ini selamanya? Berdua menjalani sisa hidup ini s’lalu?”. Saya sang pemimpi, dalam hati kecil ini berkata, “Di bawah pohon sawo ini, jujur aku ingin mengatakan tentang perasaan yang selalu ada dan ku jaga. Seperti pohon sawo di belakang kita, dia hanya tertegun diam namun sebenarnya mengucap berjuta kata bermakna setiap saat. Aku sayang kamu, aku cinta kamu, aku mau kamu.., yang bisa menemaniku dan berdiri di sampingku ketika mataku hendak tertutup s’lamanya”.
Tak lama kemudian, kau dan aku hanya diam terpaku menatap bayang-bayang cinta yang terbias diantara kita. Kau katakan, “Benarkan itu sayang? Akankah kau selalu ingat dengan janji putihmu, s’lalu menyayangi, mencintai, dan s’lalu menjagaku?”. “Aku akan menjaga perasaan ini, seperti embun yang menyegarkan sang hijau. Aku kan menjagamu, seperti aku yang menjaga setiap helai nafasku. Percayalah sayang, apakah kau tidak melihat rasa cinta dan kerinduan yang dalam dari hari demi hari yang t’lah kita lewati?”.
“Hhhhmm….”, suara hembusan nafasmu dari lelahnya hati dalam sebuah kepastian. Kemudian, “Sayang.., kok diam?? Adakah kau mendengarkan setiap tutur kata hatiku tadi?”. “Ya sayang.., aku dengar. Bahkan aku resapi semua itu hingga menyelusup ke dalam setiap fikiranku, agar semua itu menjadi bukti tentang kisah cinta kita di bawah pohon sawo ini”. “Terima kasih sayang.., aku tahu tentang itu. Karena aku bisa merasakannya dari gerak matamu yang penuh makna”. Tak lama kemudian, kau memintaku, “Sayang, bisakah kau pejamkan matamu sejenak. Ku ingin melepas rindu dan melakukan sesuatu dari kiasan cinta”, “Hahh..?!?”, akupun spontan kaget. “Ini yang ku tunggu-tunggu. Dimana kau dan aku bersatu dalam sebuah kecupan mesra. Mana di bawah pohon sawo lagi! Hihihi..!”, jawab sekaligus tawa hati kecilku :shy:
Hampir satu menit ku pejamkan mata ini, aku tidak merasakan apa-apa. Hati kecilku berkata lagi, “Ni cewek pengen ngapain sih sebenernya ya..?!? Lama amat..!”. Setelah kurang lebih satu menit kemudian, kurasakan kursi panjang tempat aku duduk di bawah pohon sawo bergoyang, seperti ada seseorang yang baru menempati kursi tersebut. Kemudian, “Sudah sayang.., buka kembali matamu”.
Dengan perlahan ku buka mataku.., lalu ku lontarkan senyum termanisku yang membuat kamu klepek-klepek padaku. “Sayang, ada apa? Kenapa kau tadi hanya diam seribu bahasa setelah menyuruhku untuk memejamkan mata ini?”. “Eemm.., Eemmmm..”, “Kenapa kamu seperti itu? Ada apa sayang? Bilang saja, nggak perlu takut”, jawabku. “Tapi kamu jangan minta, dan jangan marah ya sayang..”, bisikmu. “Nggak sayang.., aku nggak akan minta. Dan lagian juga masa aku marah sama kamu..”, jawabku dengan lembut.
“Sayang.., aku melihat uang sepuluh ribu dari sisi kiri belakang pohon sawo itu. Berhubung aku takut kamu keburu ngeliat uang itu, jadi aku suruh kamu merem. Karena agar aku bisa segera bergegas untuk mengambil uang itu tanpa kamu ketahui. Ini uangnya..!!”. “Sebegitukah kamu sayang?! Menyuruhku merem hanya untuk mengambil uang di belakang pohon sawo itu agar aku tidak mengetahuinya?! Emangnya aku apa?!?”, setengah tenggorokanku hilang karena menahan bibir yang ingin kuucapkan dengan setengah teriak. “Soalnya kan kamu :eyemoney: , jadi aku takut uang itu kamu minta..!!” [the end]

0 komentar:

Posting Komentar

 
The Republic of Indonesia Blogger